Ketemu lagi dengan saya, setelah beberapa kali posting agak berat mengenai pemrograman mungkin kali ini agak rileks dulu ya, saya ingin posting suatu cerita, hmmm cerita apa ya? Yang paling laku aja deh, di Indonesia cerita yang laku kalo tidak cerita cinta ya cerita misteri :-p
Oke untuk cerita misteri lain kali saja, sekarang saya mau cerita tentang cinta dulu, kenapa saya yang basisnya programmer koq tiba2 pengin cerita tentang cinta? Apakah saya sedang dilanda mabuk cinta (hmm setiap hari itu mah). Tapi alasan sebenarnya saya penasaran ato bisa dibilang muak ya? Melihat acara FTV bertema cinta di "dunia pertelevisian" kita, kalo kita lihat alurnya monoton sekali, saya memang tidak pernah menonton sih, tapi kalo pas kebetulan menonton pas gonta-ganti chanel pasti FTV bertema cinta itu memiliki alur yang monoton, pertama perkenalan, trus PDKT, ntar ada konflik (biasanya salah paham), penyelesaian trus jadian dech (ending). Mungkin masalah rating dan kepopuleran bermain disini, tp apa ya harus segitunyaaa??
Mungkin ada diantara yang bilang, "Loe jangan cuman omdo, coba lu buat cerita sendiri!!", Oke saya akan buat cerita sendiri, mungkin cerita ini ga lebih bagus, tapi paling tidak bisa memberi warna pada negeri ini dengan warna yang berbeda.
Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan dengan dunia nyata itu hanya kebetulan semata.
WHAT IS LOVE?
Anto mengumpulkan keberaniannya, dia berdiri menatap Jessica yang sedang berbincang dengan Robbie di kantin kampus, tampaknya mereka baru saja menyelesaikan makan siang mereka. Anto menarik nafas panjang, kemudian berjalan menghampiri mereka. "Hi Jess, aku mau ngomong bentar ganggu ga?", "Emang mo ngomong apa? Ngomong aja lagi napa harus nanya segala?". Anto melihat Robbie dan terdiam beberapa saat, Robbie yang paham langsung bilang, "Eh Jess, kalian ngobrol dulu aja ya, aku mo ke perpus dulu. Ayo To, aku duluan ya? Jangan lupa aku pinjem catatan kuliahnya Pak Marco ya?". Anto mengangguk, kemudian setelah Robbie pergi Anto mulai bertanya kepada Jessica, cewek yang dikenalnya secara tidak sengaja di jalan, saat cewe itu kebingungan karena bannya bocor, sedangkan dia sedang terburu-buru karena ada ujian Mata Kuliah penting, dan Anto dengan sukarela meminjamkan sepeda motornya.
"Emm ntar weekend ada acara ga? Ini aku punya voucher dari Steack Cafe yang baru buka, kalo kosong nti aku jemput". Jessica menatap Anto kemudian memegang gelas yang sudah kosong, dia memainkan sedotan di gelas tersebut, "Sorry ya To, aku lagi diet nih, ga makan daging gitu, eh tapi kamu bisa ajak Lina tuh? Katanya dari kemaren dia ngidam pengin makan banana split". "Ooh lagi diet ya, gimana kalo ke restoran yang lain aja?", Anto berusaha tersenyum. "Eh tapi kayanya malem minggu aku ga bisa dech To, ada acara apa gitu, eh udah dulu ya aku ke kelas dulu, ada kuliah", kata Jessica sambil membereskan tasnya. Sepeninggal Jessica, Anto memandang voucher discount di tangannya, pikirannya menerawang jauh.
"Eh koq cepet banget ngobrolnya Jess?", tanya Robbie melihat Jessica menyusulnya di perpus, "Tadi Anto pengin ngajakin aku jalan weekend ini, tapi aku males sih" jawab Jessika seperti sedang memikirkan sesuatu. "Anto tuh suka ama kamu, dia kan orangnya baik, kamu ga suka ya?". "Iya sih dia baik, pengertian, and bisa jadi pacar yang baik and setia juga. Tapi ga tau ya kenapa aku ga ada rasa ama dia, aku juga bingung", Jessica melihat Robbie dan melanjutkan, "Sebenernya aku pengen juga punya pacar yang baek seperti kamu, seperti Anto, tau sendiri kan gimana mantan-mantan aku? Mereka semua brengsek semua, kalo ga diselingkuhin, mereka kasar juga ama aku, tapi anehnya kenapa aku selalu jatuh cinta dengan cowo-cowo seperti itu? Kenapa aku tidak jatuh cinta aja dengan cowo-cowo seperti kalian Rob? Btw ginama kabar cewe kamu di luar kota? Koq bisa sih kamu pacaran jarak jauh gitu?". Robbie tersenyum, "Kami sudah memiliki komitmen Jess, cinta berdasarkan emosi pasti ga bakal langgeng, siapa yang menjamin emosi kamu bisa stabil? Bagaimana bisa kamu menahan godaan untuk selingkuh kalau ga ada komitmen yang kuat? Kami sudah sepakat bahwa cinta kami adalah cinta yang dianugerahkan Allah untuk kami, saat kami semakin menua dan menjadi tak secakap sekarang, cinta itu tetap ada di hati kami, karena Allah maha abadi bukan? Begitulah cinta kami". Jessica mengangguk-angguk, dalam hatinya ada kebimbangan sekarang.
Anto berjalan menelusuri trotoar bersama keponakannya, Sisca, putri kakaknya yang baru berusia 10 tahun, sambil menggenggam voucher dia mengamati sekeliling, malam minggu jalan selalu ramai, orang-orang keluar untuk menghilangkan kepenatan setelah seminggu ini bekerja atau sekolah. Makan malam bersama, nonton film, atau sekedar jalan-jalan menikmati udara malam. "Bener ya Oom, kita makan steak yang enaaak??" tanya Sisca dengan mata berbinar. "Iya, makanya kamu jangan nakal ya? Kalau ga nakal nanti Oom Anto akan sering-sering ajak kamu makan atau jalan-jalan". Sisca berjalan ceria digandeng oleh Anto.
Saat melewati Restoran Steak yang lumayan terkenal disitu jantung Anto seakan terhenti untuk 0.12 detik. Di bangku luar Restoran tersebut dia melihat Jessica, berdua dengan Albert, cowo yang terkenal sebagai geng motor di kampusnya. Mereka terlihat asyik bercanda dan makan steak, terlihat begitu mesra. Saat pandangan Anto melihat Jessica, Jessica merasa ada yang mengawasi, dia segera menyapu pandangan ke luar, saat tatapan mereka bertemu, Jessica terkejut, dia segera menunduk dan terdiam. "Ayooo Oom jalan, napa siih malah berhenti disini?", ajakan Sisca membuyarkan lamunannya, dia segera menggendong Sisca dan mencium pipinya, "Iya, iyaa, ayo sekarang cepet nanti keburu habis hahahahaa..". Anto berjalan menggendong Sisca, mereka tertawa bersama, ya, Anto sudah melepaskan sesuatu yang tidak seharusnya dia bawa, hidup ini terlalu indah untuk memanggul sesuatu yang akan jadi beban, Anto menyadari bahwa dia berhak untuk bahagia, dan dia akan membagi kebahagian itu bersama orang-orang yang dia sayangi. Sementara itu Jessica tidak melepaskan pandangannya dari Anto, sampai dia berbelok di perempatan jalan dan hilang dari pandangan. Jessica merasa emosi dan logikanya beradu di dalam dirinya.
--END--
Naaah.. begitulah cerita yang aku buat, bagaimana? hah lebih jelek? Ya gapapa yang penting beda gitu, dunia akan berwarna saat perbedaan itu saling mengisi. Ayo ditunggu tanggapannya! ^_^